Tujuh Konsep Dasar dalam Budidaya Udang

Jala | Jefry

25 February 2022

Tambak udang di Indonesia sudah mulai berkembang sejak 1960-an mulai dari dominasi dan kejayaan udang windu hingga akhirnya bergeser ke udang vaname yang mampu dibudidayakan dengan padat tebar yang lebih tinggi. Namun, permasalahan penyakit masih saja menghantui. Berbagai jenis penyakit hadir. Perhatikan prinsip kegiatan berikut dalam budidaya untuk meminimalisir risiko dan memperbesar keberhasilan.

Persiapan air

Sebagai aspek penting dari budidaya udang, air yang akan digunakan sebaiknya diberi perlakuan terlebih dahulu di dalam tandon dengan cara diendapkan serta di desinfeksi dengan dosis yang tepat agar dapat meminimalisir bibit patogen yang berpotensi menyerang udang budidaya. Dosis yang tidak tepat dapat berakibat fatal karena patogen tidak mati justru resisten terhadap desinfektan tersebut. Proses persiapan air berlangsung sekitar 1-2 minggu tergantung sumber air yang digunakan. 

Persiapan kolam

Penting dilakukan sebelum penebaran karena kolam berpotensi menyimpan sumber kontaminasi dari siklus budidaya sebelumnya. Kolam dengan tipe konstruksi tanah pada umumnya dasar kolam dibalik untuk mengoksidasi ammonia dan diberi kapur pertanian (kaptan) dengan dosis 500 kg/Ha atau tergantung hasil dari pengukuran pH tanah. Sedangkan untuk kolam yang telah dilapisi plastik (HDPE/LDPE/mulsa) cukup dengan cara dicuci dengan air tawar dan dikeringkan.

Benur yang berkualitas

Salah satu faktor penentu kesuksesan budidaya. Benur yang berkualitas memiliki pergerakan yang aktif, bebas penyakit dibuktikan berupa dokumen SPF (sertificate pathogen free), dan indukan yang digunakan untuk menghasilkan benur berasal dari indukan F1 dan SPF. Apabila benur yang digunakan sudah baik maka budidaya berjalan lancar sesuai target. Pada saat penebaran benur harus disesuaikan kepadatan udang dengan kapasitas kolam dan dilakukan aklimatisasi.

Manajemen pakan

Pakan merupakan sumber energi bagi udang untuk tumbuh dan beraktivitas. Namun, pemberian pakan harus tepat sesuai kebutuhan udang agar pakan tidak terbuang yang justru akan berdampak buruk bagi kualitas air. Adapun biasanya pemberian pakan kurang dari DOC (day of culture) 30 hari di tambak menggunakan program pakan blind feeding. Tujuannya agar pakan yang diberikan tidak berlebihan, tetapi dianggap mencukupi kebutuhan udang. Bisa juga dengan penggunaan autofeeder agar pemberian pakan lebih merata.

Probiotik

Probiotik merupakan komunitas mikroorganisme hidup ataupun dorman yang sengaja ditumbuhkan untuk mendukung jalannya budidaya dengan cara memperbaiki kualitas air, dasar kolam, atau memperbaiki sistem pencernaan udang. Pada umumnya probiotik yang diberikan dibagi atas dua metode, yaitu secara lansung (direct) dan tidak langsung (aktivasi).

Probiotik yang umumnya digunakan di tambak adalah metode ke-dua yaitu aktivasi. Metode tersebut dilakukan dengan mengkultur terlebih dahulu bibit bakteri di dalam suatu wadah dengan dosis tertentu lalu ditambahkan air, dedak, dan molase sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan bakteri. Probiotik banyak digunakan terutama pada budidaya udang dengan metode bioflok.

Penerapan biosekuriti personel

Biosekuriti merupakan sebuah prinsip mencegah masuk dan menyebarnya penyakit dari satu tempat ke tempat yang lain. Prinsip ini dapat diterapkan dalam sistem budidaya udang dengan cara membatasi personel yang masuk dalam area tambak atau menyediakan footbath pada pintu masuk fasilitas tambak dengan tujuan desinfeksi alas kaki atau ban mobil yang berpotensi membawa agen penyakit. Selain itu, lokasi area tambak disarankan tertutup pagar untuk menghindari berbagai jenis predator atau hewan liar yang masuk ke area tambak yang berpotensi membawa dan menyebarkan penyakit.

Desinfeksi peralatan

Desinfeksi peralatan tidak kalah penting dengan aspek lainya. Perlatan yang telah digunakan sebaiknya dilakukan desinfeksi terlebih dahulu untuk memutus rantai patogen dari suatu wadah ke wadah yang lain. Desinfeksi peralatan dapat dilakukan dengan mencuci peralatan setelah selesai digunakan dengan sabun lalu dibilas air tawar ataupun dapat dilakukan perendaman dengan bahan Kalium permanganate (PK) dengan dosis 100 ppm. Disarankan juga pada setiap petakan tambak memiliki peralatan khusus untuk menghindari kontaminasi.

Menerapkan konsep-konsep tersebut akan meminimalisir kegagalan dan memperbesar peluang tambak untuk berhasil. Kontrol dari personel di lapangan akan berperan penting dari mulai rutinitas monitoring harian dan penanganan potensi masalah didasarkan pada situasi dan kondisi terkini.