Potensi Sistem Two Step Meningkatkan Produktivitas

Jala | Vanessa Fransia

4 August 2023

Udang adalah salah satu komoditas perikanan di Indonesia dengan nilai ekonomi yang tinggi. Produksi udang di Indonesia pada tahun 2022 mencapai lebih dari 1,09 juta ton menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Saat ini, pemerintah pun terus mendorong akselerasi produksi udang untuk mencapai target 2 juta ton pada akhir tahun 2024 dengan peningkatan nilai ekspor hingga 250%. 

Salah satu upaya yang cukup berpotensi meningkatkan produktivitas udang adalah dengan metode budidaya two step. Budidaya udang di Indonesia masih umum menggunakan metode one step, yaitu udang yang diterima dari hatchery langsung ditebar ke kolam pembesaran (grow-out pond). Bagaimana dengan metode two step?

Pengertian sistem budidaya two step 

Metode two step atau sistem nursery adalah sejenis budidaya yang terdiri dari dua tahap. Pada tahap pertama, benur ditebar ke kolam nursery, baru kemudian dipindah ke kolam pembesaran pada tahap kedua. Kolam nursery biasanya berukuran 20 persen dari kolam pembesaran dengan bentuk lingkaran maupun elips. Penerapan sistem ini membuat udang lebih kuat dan cepat tumbuh ketika berada di kolam pembesaran. Sistem budidaya ini sudah banyak diterapkan di negara produsen udang lainnya seperti Vietnam dan Ekuador. 

Pada sistem two step, benur dapat dibesarkan sementara di kolam nursery selama 15-40 hari dengan berbagai macam sistem baik biofloc, chemifloc, copefloc, RAS (Recirculating Aquaculture System), maupun yang lainnya. Sistem ini membutuhkan manajemen yang presisi baik dari pakan dan perawatan kualitas air, karena kepadatan yang tinggi menyebabkan carrying capacity semakin terbatas.

Potensi dan tantangan implementasi sistem two step

Sistem budidaya two step berpotensi meningkatkan produktivitas. Berdasarkan data yang dibagikan oleh Hasanuddin Atjo, Ketua Shrimp Club Indonesia wilayah Sulawesi dan dilansir oleh Minapoli, perbandingan hasil budidayanya adalah 121-145 ton/ha/siklus untuk sistem two step dan 71-100 ton/ha/siklus untuk sistem one step atau tanpa kolam nursery

Untuk menerapkan sistem two step dengan efektif, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan yaitu induk harus berkualitas, manajemen pakan, dan lingkungan nursery yang terjaga. Menurutnya, Benur yang ditebar harus berkualitas dan memiliki sertifikasi SPF (Specific Pathogen Free). Penting juga untuk mengetahui karakteristik benur tersebut, baik dari laju pertumbuhannya, ketahanannya terhadap penyakit serta lingkungan. 

Tantangan dalam implementasi sistem two step adalah teknologi yang diperlukan, karena dalam pengembangnya membutuhkan peningkatan teknologi dari sistem tradisional ke supra intensif. Ini dikarenakan pengembangan nursery membutuhkan berbagai teknologi pendukung seperti aerator untuk menjaga DO, pakan fungsional untuk masa nursery, kolam yang dapat dipindah atau bongkar pasang, serta sistem pengolahan limbah yang baik. Karena itu, penerapan sistem two step memerlukan peran serta pemerintah pusat hingga daerah untuk meningkatkan teknologi di tambak. Di Indonesia sendiri, sekitar 80 persen dari produksi udang masih menggunakan teknologi semi-intensif dan intensif. 

Kelebihan dan kekurangan sistem two step

Kelebihan sistem budidaya two step di antaranya:

  1. Mengoptimalkan kontrol stok
  2. Meminimalisir penyakit dan kerusakan oleh predator 
  3. Meningkatkan efisiensi pakan dan pemanfaatan lahan
  4. Mempermudah monitoring survival rate (SR)
  5. Meningkatkan produktivitas
  6. Mencegah terjadinya kegagalan budidaya di awal
  7. Dapat menggunakan padat tebar tinggi
  8. Menghemat energi dan tenaga kerja 

Namun, terdapat juga kemungkinan bahwa sistem ini berpotensi meningkatkan stres pada udang karena adanya perpindahan kolam dari kolam nursery ke kolam pembesaran.

Penerapan sistem budidaya two step perlu didukung dengan teknologi seperti manajemen data digital serta pemantauan kualitas air yang dilakukan secara rutin. Bagi petambak yang memang memutuskan untuk mencoba sistem budidaya ini, pastikan untuk mengimbanginya dengan pencatatan data rutin, pengukuran kualitas air, serta implementasi biosekuriti untuk meningkatkan keberhasilan budidaya sehingga lebih produktivitas berkelanjutan.

 

Referensi:

Wujudkan Industrialisasi Udang Nasional Melalui NSAF 2022 | Maritim.go.id

Wang, J. K., & Leiman, J. (2000). Optimizing multi-stage shrimp production systems. Aquacultural Engineering, 22(4), 243–254. doi:10.1016/s0144-8609(00)00038-8 

Prospek & Tantangan Investasi Budidaya Udang, Anjungan | Trobos Aqua

Rico Wibisono: Manfaat Sistem Pendederan Udang, Almamater | Trobos Aqua

Hasanuddin Atjo Jelaskan Pentingnya Nursery Udang | INFOMINA