Selain plankton, bakteri juga merupakan mikroorganisme yang dapat menentukan keberhasilan budidaya udang vaname. Keberadaan bakteri di ekosistem, media pemeliharaan, maupun dalam tubuh udang dapat berpengaruh terhadap Specific Growth Rate (SGR), Food Conversion Ratio (FCR), atau bahkan Survival Rate (SR). Hal ini disebabkan oleh berbagai macam komposisi bakteri di tambak yang dapat menguntungkan maupun merugikan keberlangsungan hidup udang. Petambak udang perlu mengetahui karakteristik, peranan, dan dampak dari keberadaan bakteri yang ada pada tambak udang.
Bakteri yang merugikan pada budidaya udang vaname dikenal sebagai bakteri patogen. Jenis dari bakteri ini kebanyakan dari genus Vibrio sp. yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti White Feces Disease (WFD), penyakit bintik hitam, dan Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND). Keberadaan bakteri ini dapat berasal dari dalam lingkungan budidaya seperti dari media air dan tubuh udang atau dari kontaminasi luar lingkungan budidaya.
Meskipun sulit untuk dihilangkan keberadaannya dari lingkungan budidaya, mikroorganisme yang merugikan ini masih dapat dicegah dan ditekan kelimpahannya agar lingkungan budidaya tetap seimbang sehingga tidak menyebabkan kerugian bagi petambak. Menjaga kualitas air, memilih benur yang berkualitas, menerapkan biosekuriti, dan mengaplikasikan probiotik yang tepat merupakan usaha-usaha petambak untuk mencegah kerugian dari bakteri patogen.
Bakteri yang dapat menguntungkan proses budidaya udang vaname dikenal sebagai bakteri probiotik. Selain menekan keberadaan patogen, bakteri probiotik juga berperan untuk memperbaiki kualitas air dan membantu meningkatkan daya cerna udang. Peranan bakteri probiotik dalam menjaga kualitas air salah satunya dilakukan oleh Nitrosomonas dan Nitrobacter yang mampu mengurai senyawa amonia dan nitrit.
Beberapa jenis dari bakteri probiotik juga dapat membentuk bioflok. Bakteri-bakteri ini sebenarnya sudah ada dari media pemeliharaan (air tambak). Namun, petambak juga menambahkannya lagi melalui aplikasi probiotik untuk meningkatkan dampak dan efektivitasnya. Perlu diperhatikan juga metode dan pemilihan probiotik yang tepat agar efektivitas penggunaannya dapat dirasakan keuntungannya.
Setiap komponen yang ada dalam proses budidaya udang vaname harus diperhatikan secara cermat oleh petambak, salah satunya mengenai peranan bakteri yang terdapat pada ekosistem budidaya. Keberhasilan budidaya udang vaname juga ditentukan dari bagaimana cara petambak mengelola kelimpahan bakteri yang ada dalam ekosistem budidaya tersebut mulai dari cara mencegah dan menghambat bakteri patogen hingga cara mengaplikasikan probiotik yang tepat.
Amin, M., Kumala, R. R. C., Mukti, A. T., Lamid, M., & Nindarwi, D. D. (2022). Metagenomic profiles of core and signature bacteria in the guts of white shrimp, Litopenaeus vannamei, with different growth rates. Aquaculture, 550, 737849.
Avnimelech, Y. (2015). Biofloc Technology - A Practical Guide Book, 3rd edition. Baton Rouge, Louissiana, United States: Aquaculture Society. 285 hal.
Froelich, B., Ayrapetyan, M., and Oliver, J. D. (2013). Integration of Vibrio Vulnificus Into Marine Aggregates And Its Subsequent Uptake by Crassostrea virginica oysters. Appl. Environ. Microbiol., 75: 1454-1458.
Penulis artikel ini bernama Yoga Pramujisunu. Seorang lulusan dari program studi S1 Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Penulis memiliki pengalaman penelitian identifikasi kelimpahan bakteri yang terdapat pada budidaya udang vaname sistem intensif dan eksplorasi habitat lobster di Jawa Timur. Penulis juga memiliki pengalaman di berbagai organisasi seperti BEM FPK Unair, KAKEMA FPK Unair, HIMAPIKANI Wilayah IV, dan Maritim Muda Nusantara Daerah Jawa Timur.