Fase bulan mempengaruhi pasang surut, perubahan musim, dan circadian rhythm yang juga berpengaruh pada perilaku kehidupan laut. Pengaruh fase bulan diketahui sangat luas pada aspek perikanan dan kelautan, meliputi organisme di ekosistem laut lepas, sungai, dan di hutan bakau. Pada siklus biologi ikan, fenomena fase bulan memiliki efek yang tidak langsung.
Fase bulan mempengaruhi fenomena alam di bumi, salah satunya pasang surut air laut akibat efek gravitasi dari bulan dan matahari serta rotasi bumi. Pengetahuan tersebut telah banyak digunakan dalam perikanan tangkap. Pada perikanan budidaya, fase bulan diyakini mempengaruhi siklus molting pada hewan krustasea termasuk udang.
Siklus molting udang vaname banyak dikaitkan dengan fase bulan. Saat fase bulan baru, 80% udang mencapai tahap ecdysis (proses melepaskan eksoskeleton). Udang vaname biasanya mengalami molting malam hari saat bulan purnama atau saat pasang.
Molting merupakan proses periodik yang dialami udang. Molting merupakan bagian dari proses pertumbuhan. Tubuh yang bertambah besar tidak didukung oleh eksoskeleton udang yang tidak dapat tumbuh, sehingga udang perlu 'berganti kulit'. Molting juga dapat terjadi sebagai akibat stress pada udang.
Siklus molting terdiri atas molt, postmolt, intermolt, dan premolt. Fase molt merujuk pada proses ecdysis, yakni pelepasan eksoskeleton yang keras. Fase setelah ecdysis disebut postmolt, yakni fase dimana eksoskeleton masih lunak, saat eksoskeleton yang baru menyerap mineral. Selanjutnya terjadi mineralisasi dan pengerasan eksoskeleton.
Periode intermolt atau anecdysis adalah periode non aktif dan merupakan periode terlama dari siklus molting. Selama waktu ini, terjadi regenerasi otot, penyimpanan energi untuk ecdysis berikutnya. Premolt, atau proecdysis adalah fase dimana terjadi atrofi otot somatik. Saat premolt terjadi penyerapan kembali mineral dari eksoskeleton lama sebagai bahan pembentukan eksoskeleton baru sebagai persiapan untuk dimulainya ecdysis.
Radiasi elektromagnetik dan atau tarikan gravitasi dari bulan diduga memicu pelepasan neurohormone. Pada kasus kepiting bakau, organ Y memproduksi hormon molting ecdysteroid yang mengalami pola yang berkaitan dengan fase bulan.
Konsentrasi dan jumlah ecdysteroid turun saat bulan mati dan mulai naik saat memasuki bulan sabit, lalu mencapai puncaknya saat bulan separuh. Konsentrasi ecdysteroid akan menurun tajam saat purnama yang menyebabkan ecdysis terjadi.
Hubungan fase bulan dan siklus molting udang vaname di tambak belum banyak dibahas, tetapi secara analogi dapat mengadaptasi beberapa penelitian yang dilakukan pada krustasea lain yang juga dibudidayakan. Mengetahui pengaruh fase bulan terhadap fisiologi udang dapat bermanfaat untuk pengambilan langkah preventif gagal molting saat bulan purnama.
Udang yang berada pada tahap ecdysis dan postmolt sangat sensitif terhadap keberadaan bakteri vibrio. Udang lebih rentan terhadap infeksi bakteri vibrio saat fase bulan baru. Pada saat tersebut udang berada pada tahap ecdysis atau lepasnya eksoskeleton atau kulit dari badannya.
Udang yang sedang mengalami molting memerlukan mineral dan nutrisi yang cukup. Dua mineral yang paling dibutuhkan adalah kalsium dan magnesium yang akan membantu udang meregenerasi cangkangnya yang baru dengan cepat.
Ketika molting terjadi, udang akan cenderung memuasakan diri dan menggunakan protein dalam tubuhnya guna pembentukan eksoskeleton yang baru dalam kurun waktu beberapa jam. Proses ini sangat riskan, dimana udang akan lebih rentan terhadap perubahan kualitas air, terutama dalam menjaga tekanan osmotik tubuhnya. Apabila dibiarkan akan terjadi osmotic shock berupa penyerapan air yang berlebih pada sel tubuh udang.
Proses dekomposisi parsial eksoskeleton pada proses molting udang sangat merangsang udang lainnya. Cairan yang mengandung senyawa asam amino, enzim, dan senyawa organik lainnya memicu nafsu makan udang yang tidak dalam fase molting maupun setelah post molting sehingga berpotensi terjadi kanibalisme.
Secara ilmiah, setiap makhluk hidup memiliki siklus biologi dan respon terhadap perubahan cahaya dan ambien suhu akibat sinar bulan di malam hari. Di perikanan tangkap, pengetahuan ini telah lama digunakan oleh nelayan untuk memprediksi waktu ikan aktif. Biasanya nelayan akan lebih mudah menemukan dan menangkap ikan pada saat bulan gelap (fase bulan baru). Perbedaan akan sangat terasa dari keberagaman jenis dan jumlahnya antara bulan gelap dan terang.
Bagi budidaya udang, pasang-surut juga penting menjadi salah satu pertimbangan dalam membangun tambak. Daerah yang cocok untuk tambak udang adalah daerah dengan fluktuasi pasang surut 2-3 meter. Data pasang surut bagi tambak udang penting untuk menentukan:
Penghitungan pasang surut dibutuhkan dalam proses memasukkan dan mengeluarkan air ke dalam tambak yang memanfaatkan gaya gravitasi sehingga akan meningkatkan efisiensi energi (listrik atau BBM untuk pompa air) yang digunakan.
Fase bulan merupakan faktor yang mempengaruhi pasang surut air laut. Pasang surut merupakan gerakan naik turunnya permukaan laut yang disebabkan gaya tarik (gaya gravitasi) antara bumi-bulan-matahari. Klasifikasi macam-macam jenis pasang surut air laut adalah:
1. Pasang surut harian ganda
Terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir sama dalam satu hari. Terjadi secara berurutan dan teratur dengan periode pasang surut selama 24 jam 50 menit. Biasanya terjadi di laut sekitar garis khatulistiwa.
2. Pasang surut harian tunggal
Terjadinya satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode rata-rata 12 jam 24 menit.
Perbedaan gaya gravitasi yang saling mempengaruhi antara bumi-bulan-matahari, terutama akibat perbedaan jarak masing-masing menghasilkan pasang surut yang variatif. Gaya tarik dari matahari terasa sangat kecil karena jaraknya yang sangat jauh. Efek terbesar gaya gravitasi bulan dirasakan oleh lautan.
Fase bulan baru saat bulan dan matahari berada satu garis dengan bumi merupakan saat dimana terjadi pasang tertinggi dan surut terendah. Kaitan fase bulan dengan pasang-surut diilustrasikan pada gambar berikut.
Keadaan perairan, morfologi pantai, dan batimetri perairan yang kompleks menentukan pola pasang surut di berbagai daerah. Beberapa wilayah dengan pasang surut yang cukup tinggi di antaranya wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan Papua.
Perubahan bentuk bulan yang tampak dari bumi disebut dengan fase-fase bulan. Setidaknya terdapat empat fase utama, yaitu fase bulan baru, fase setengah purnama awal (perempat pertama), fase purnama, dan fase setengah purnama akhir (perempat akhir). Fase bulan baru hingga kembali ke fase bulan baru berikutnya menempuh waktu 29 hari 12 jam 44 menit 03 detik.
Bentuk orbit bulan saat mengelilingi bumi adalah elips, sehingga ada saat bulan berada pada posisi terdekat dengan bumi (disebut sebagai perige) dan saat posisi terjauh dari bumi (disebut sebagai apoge). Waktu yang ditempuh dari perige ke apoge dan kembali ke perige membutuhkan 28 hari 13 jam 18 menit 33 detik. Waktu yang ditempuh untuk kedua periode tersebut berbeda sehingga akan terjadi banyak fenomena spesifik akibat dua periode tersebut.