Pencatatan data adalah kegiatan rutin yang penting dilakukan dalam budidaya udang. Data yang lengkap akan menunjang keberhasilan budidaya itu sendiri. Data yang perlu dicatat tidak terbatas pada komponen di kolam, seperti kualitas air, melainkan juga pakan, panen, penyakit, kematian, stok gudang, hingga keuangan tambak.
Kualitas air sendiri terdiri dari banyak parameter yang perlu dicatat, antara lain pH, oksigen terlarut (DO), salinitas, suhu, kecerahan, warna air, bahan kimia, plankton, dan sebagainya. Kualitas air kolam menjadi salah satu faktor penentu kesehatan udang dan kelancaran budidaya karena air adalah tempat udang hidup dan berkembang. Apabila kualitas air tidak dijaga dengan baik, udang berisiko terinfeksi penyakit yang tentunya menghambat budidaya. Maka dari itu, parameter kualitas air perlu dipantau dan dijaga agar tetap ideal.
Baca juga: Wajib Dipantau: 7 Data Air Kolam pada Budidaya Udang Vaname
Data lainnya juga tak kalah penting karena budidaya udang terdiri dari berbagai aspek. Data-data yang tercatat akan menghasilkan informasi penting mengenai kondisi budidaya sehingga petambak tidak perlu mengira-ngira atau mengingat-ingat. Selain itu, masih banyak manfaat lainnya yang bisa diperoleh petambak dengan melakukan pencatatan data budidaya. Mari kita bahas.
Lewat catatan data, petambak dapat melihat apakah budidaya sudah dalam kondisi ideal atau sedang bermasalah. Setiap parameter kualitas air memiliki kisaran ideal tertentu. Demikian juga aspek budidaya lainnya. Pemantauan aspek budidaya dapat dilakukan dengan lebih mudah dan akurat dengan adanya data.
Data yang terkumpul dapat menjadi bahan pengambilan keputusan yang sesuai dengan kondisi terkini. Hal ini didukung oleh alat atau metode pengambilan data yang akurat, misalnya data kualitas air yang diambil dari hasil uji lab atau parameter yang diukur menggunakan alat khusus. Sebagai contoh, hasil pengukuran suhu air menunjukkan adanya penurunan. Petambak dapat langsung mengambil keputusan untuk menerapkan treatment yang tepat agar suhu kembali ke kisaran ideal.
Baca juga: Pengaruh Suhu terhadap Udang
Serangan penyakit dapat diantisipasi dengan adanya data yang lengkap. Ketika udang menunjukkan gejala penyakit, petambak harus mulai waspada dan mencatat data perkembangan gejala dari ke hari. Pada kasus tertentu, penyakit dapat dideteksi melalui nafsu makan yang tiba-tiba naik atau peningkatan populasi bakteri. Terdapat pula penyakit yang dipicu oleh fluktuasi kualitas air.
Data tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi kepastian penyakit yang menyerang sebelum akhirnya diuji di laboratorium. Lebih lanjut, petambak dapat langsung menentukan treatment yang tepat saat mendapati bahwa udang terinfeksi penyakit. Selain penyakit, hal-hal tidak terduga lainnya seperti kegagalan budidaya juga dapat diantisipasi.
Ketika satu siklus budidaya mengalami kegagalan, catatan data pada siklus tersebut dapat membantu petambak dalam mengidentifikasi berbagai kemungkinan pemicu kegagalan. Contohnya, jika kegagalan diakibatkan oleh penyakit, petambak dapat mengetahui pada umur berapa tanda-tanda penyakit muncul bersamaan dengan perubahan signifikan pada beberapa parameter kualitas air yang berkaitan. Contoh lainnya, jika kegagalan diakibatkan FCR yang membengkak, petambak dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, seperti suhu yang rendah, populasi plankton yang tinggi, dan sebagainya. Semua didapat petambak dari data yang rutin dicatat.
Sebagai petambak, diperlukan sikap konsisten dalam melakukan pencatatan data budidaya secara rutin. Rangkaian data tersebut dapat menjadi informasi berharga yang mendukung keberhasilan budidaya. Pada akhirnya, pencatatan data budidaya yang dilakukan secara konsisten akan sangat bermanfaat bagi petambak sendiri.