Durasi budidaya dianggap sebagai salah satu komponen penting dalam memperoleh hasil akhir budidaya. Penentuan lama budidaya bersama dengan tingkat produksi (semi intensif, intensif, atau super intensif) dapat berpengaruh pada ongkos produksi. Semakin tinggi level budidaya, semakin besar pula ongkosnya, terutama dari beragamnya input yang diperlukan.
Ongkos akan semakin besar mengikuti luas area tambak dan juga durasi budidayanya. Karena itu, dalam menentukan target budidaya, durasi budidaya menjadi bagian dari penentuan atau strategi yang diperhitungkan.
Di tahun 2022, rata-rata budidaya berlangsung dengan durasi sekitar 77 hari. Terdapat pola pemendekan durasi budidaya udang. Di awal tahun 2022, rata-rata durasi budidaya adalah 95 hari. Di pertengahan tahun, rata-rata durasi budidaya sudah berkisar di 70 hari.
Kemungkinan penyebab penurunan durasi pertama adalah penyesuaian terhadap harga udang. Pada 2022 lalu, harga udang mengalami masa yang cukup berat terutama pada udang size besar (size 40 hingga size 20). Kemungkinan kedua berkaitan dengan kondisi cuaca. Penurunan durasi budidaya yang terjadi sejak Juni bertujuan untuk menghindari musim hujan.
Meski begitu, masih terdapat kemungkinan lain, yaitu masih tingginya kejadian penyakit AHPND sehingga budidaya cenderung lebih pendek. Banyak budidaya memiliki durasi pendek karena tidak diakhiri sesuai target awal.
Pembuatan target budidaya meliputi lama budidaya atau size udang pada panen dapat menggambarkan biaya produksi yang dikeluarkan. Pada saat itulah petambak dapat memperkirakan pos pengeluaran mana saja yang dapat ditekan atau dilakukan efisiensi. Selain itu, terdapat faktor lain seperti cuaca, harga udang, atau wabah penyakit yang dapat mempengaruhi durasi budidaya.
Budidaya dengan umur yang lebih pendek dapat menjadi solusi menekan biaya, sehingga dari aspek pertumbuhan udang yang baik, efisiensi pakan, dan bebas dari infeksi penyakit dapat berefek pada efisiensi energi dari penggunaan aerator atau kincir. Kondisi cuaca juga dapat dipertimbangkan sebagai faktor durasi budidaya yang lebih pendek. Hal tersebut sebagai antisipasi budidaya di musim hujan atau di musim peralihan yang relatif lebih berisiko.
Dengan pertimbangan efisiensi biaya dan mengamankan keuntungan, durasi budidaya pendek berkaitan dengan kondisi harga jual udang. Belajar dari kondisi di 2022, ketidakpastian harga udang memaksa petambak memilih panen di size udang yang relatif kecil karena dianggap memiliki harga jual yang lebih stabil.
Durasi budidaya yang lebih pendek membuat petambak cenderung melakukan langsung panen total atau 1 kali panen parsial. Sehingga keuntungan lain dengan budidaya dengan durasi yang lebih pendek adalah memperbanyak siklus budidaya dalam satu tahun.
Budidaya yang lebih lama memiliki keuntungan untuk mencapai target size dan produktivitas yang lebih tinggi. Salah satunya dengan menerapkan panen parsial. Budidaya yang menerapkan panen parsial 2-3 kali dalam satu siklus budidaya memperlihatkan kenaikan produktivitas budidaya, terutama dibandingkan dengan yang hanya melakukan satu kali panen.
Data hasil budidaya tahun 2022 menunjukan bahwa siklus budidaya dengan frekuensi panen yang lebih banyak memiliki dampak yang baik terhadap hasil budidaya. Siklus budidaya dengan tiga kali panen atau lebih memiliki SR dan FCR yang lebih baik dari pada siklus dengan satu kali panen. Panen parsial juga menurunkan kepadatan udang dalam kolam, memungkinkan udang tumbuh dengan lebih cepat karena mengurangi tingkat kompetisi di dalam kolam.
Menentukan durasi budidaya merupakan bagian dari strategi budidaya. Masing-masing petambak memiliki preferensi berdasarkan kemampuan, kondisi, dan target. Budidaya durasi pendek maupun panjang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga perlu dikembalikan pada situasi dan kondisi.
Analisis selengkapnya mengenai data budidaya tahun 2022 dapat disimak pada video berikut: