Setiap petambak akan memasang target budidayanya. Beberapa petambak menjadikan panjang waktu budidaya menjadi target kapan panen dilakukan. Misalnya petambak akan memanen udangnya ketika mencapai 90 hari, atau 100 hari, atau hingga 120 hari budidaya. Beberapa lainnya menetapkan ukuran udang menjadi targetnya. Misalnya petambak akan memanen udangnya saat mencapai ukuran 40 ekor per kilo. Target dipasang, tetapi efisiensi dan produktivitas budidaya tetap menjadi prioritas. Diperlukan pemantauan berkala, yaitu memastikan udang makan dan tumbuh dengan baik.
Anco atau feeding tray adalah alat bantu petambak untuk mengetahui udang memakan pakan yang diberikan. Kemudian diterjemahkan sebagai nafsu makan udang saat itu. Pengecekan nafsu makan udang dilakukan menggunakan anco secara rutin setiap hari setelah pakan diberikan. Keuntungan lain adalah kontrol rutin kesehatan udang. Beberapa penyakit bisa dideteksi ketika pengecekan anco dilakukan, misalnya white feces atau berak putih yang akan terlihat di anco.
Anco menjadi alat bantu memantau efisiensi penggunaan pakan. Efisiensi tercapai saat pakan yang diberikan berada pada takaran yang tepat sesuai kebutuhan udang dan mendukung pertumbuhan udang. Dengan begitu mencegah over atau under-feeding. Pengecekan anco secara tidak langsung juga mengevaluasi fluktuasi kualitas air saat itu. Misalnya saat nafsu makan naik atau turun petambak akan melihat faktor kualitas air atau cuaca saat itu.
Ukuran dan bentuk anco beragam, ada yang persegi atau lingkaran dengan panjang atau diameternya 80-100 cm. Bahan rangka anco sebaiknya menggunakan material yang bisa tenggelam hingga dasar kolam. Jumlah anco tergantung luas kolam. Berikut jumlah anco yang disarankan berdasarkan luas kolam.
Luas Tambak (hektar) | Jumlah Anco |
< 0,4 | 2 - 4 |
0,4 - 0,5 | 4 |
0,6 - 0,7 | 5 |
0,8 - 1,0 | 8 - 10 |
Jumlah pakan yang diletakkan di anco disesuaikan estimasi berat udang saat itu. Waktu pengecekan juga ditentukan sebagai dasar asumsi nafsu makan udang. Tidak ada standar baku, berikut standar yang cukup banyak digunakan.
Berat Udang (gram) | Pakan di Anco (%) | Waktu Cek (menit) |
DoC 5 - 30 hari | 0,5 | 120 |
3 - 6 | 1 | 90 |
7 - 12 | 1,5 | 75 |
13 - 20 | 2 | 60 |
Sisa Pakan (%) | Skor | Penyesuaian Pakan Berikutnya (%) |
0 (habis) | 0 | + 5 |
< 10 | 1 | Tetap |
10 - 25 | 2 | - 10 |
25 - 50 | 3 | - 20 |
> 50 | 4 | - 40 |
Hal yang harus diperhatikan dalam pengecekan anco:
Untuk memantau nafsu makan udang dapat dilakukan juga dengan menghentikan pemberian pakan selama satu hari dan hanya memberikan pakan di anco saja. Jika pakan habis dan banyak udang yang naik di anco maka nafsu makan udang masih bagus. Teknik ini mirip dengan pemuasaan.
Setelah mengetahui bahwa nafsu makan tidak bermasalah, berikutnya memastikan pakan yang dimakan membuat udang tumbuh. Caranya dengan mengambil perwakilan atau sampel udang dari tambak atau disebut dengan sampling. Sampling sebaiknya dilakukan rutin dengan frekuensi yang tetap. Selain untuk memantau pertumbuhan udang juga dapat mengetahui kondisi udang. Pertumbuhan tidak hanya udang bertambah besar setiap melakukan sampling, tetapi juga melihat laju pertumbuhannya stabil, naik, atau justru turun.
Sampling sebaiknya menggunakan jaring lempar. Meskipun bisa juga menggunakan anco. Udang yang terjaring ditimbang dan dihitung jumlahnya. Berdasarkan hasil penimbangan dan jumlah udang setidaknya akan didapatkan dua variabel pertumbuhan, yaitu berat rerata udang (ABW) dan laju pertumbuhan harian (ADG). Berikut cara menghitungnya:
Kegiatan sampling utamanya melihat kondisi udang. Dilakukan sebagai agenda rutin maupun insidental ketika akan dilakukan panen. Melihat kenampakan udang juga akan mengetahui kesehatan udang serta kemungkinan sedang mengalami molting. Sampling menjelang panen dilakukan untuk melihat kondisi udang, jika udang mengalami molting atau berada pada fase soft shell maka dapat dilakukan perlakuan sebelum panen.
Hal yang harus diperhatikan dalam sampling: