Kabar Udang kali ini spesial membahas kisah dari salah satu petambak udang vaname. Jatuh bangun dan mencoba lagi nampaknya hal yang lumrah bagi pelaku budidaya udang vaname dimanapun berada. Tak terkecuali PT Indmira yang kini telah berada di generasi kedua. "Kalau kapok harusnya sudah dari dulu, sekarang justru ingin terus memperluas" kata Bapak Aryo Wiryawan yang sekaligus merupakan CEO PT Indmira kompak dengan teknisi tambak PT Indmira Mas Roni.
Terhitung 18 tahun sudah Bapak Aryo melalui PT Indmira berkiprah di budidaya udang. Dimulai tahun 2001, saat itu masih membudidayakan udang windu (Penaeus monodon). Perputaran uang yang besar dari bisnis dan budidaya udang menjadi salah satu alasan, dan alasan lain adalah penurunan produktivitas panen akibat menurunnya kualitas lingkungan udang saat itu. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi PT Indmira untuk budidaya udang tetap berhasil yang saat itu masih dikomando oleh Bapak Marno yang tidak lain adalah ayah dari Bapak Aryo.
Trend budidaya udang bergeser dari udang windu menjadi udang vaname (Litopenaeus vannamei), pada 2003 PT Indmira akhirnya berpindah membudidayakan udang vaname. Berganti-ganti isi kolam budidaya juga pernah beberapa kali dilakukan karena jenuh dan hasil yang tak kunjung untung, mulai dari udang, ikan bandeng, ikan nila, hingga rumput laut. Lokasi tambak pun sudah beberapa kali berpindah dimulai dari Pekalongan, Brebes, Demak, Cilacap, Bantul, dan saat ini di Purworejo.
Metode dalam budidaya pun turut berganti-ganti, coba-coba, dan terus dimodifikasi untuk mendapat cara yang paling efisien dan hasil optimal. Mulai dari metode ekstensif/tradisional, semi intensif, dan intensif.
"Saya awalnya main ke tambak tetangga, belajar apa yang dipakai, disuruh ikut seminar, baca-baca buku, dan sempat dapat pendampingan dari salah satu pabrik pakan. Semua dicoba dan akhirnya dari pengalaman itu digunakan sampai sekarang" jelas Mas Roni selaku teknisi lapangan tambak PT Indmira.
Metode disusun dengan adanya alasan yang jelas, masuk akal, dapat diulang, dan dapat diukur. Demi mendapat formulasi tepat ini, PT Indmira rela menghabiskan 11 tahun mencoba berbagai metode yang dirasa paling untung meskipun terkadang juga tidak untung. "Pada dasarnya memang tidak bisa kapok dan akan terus mencoba" ujar Bapak Aryo. Hingga akhirnya saat ini telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) sendiri dan telah merasakan manisnya budidaya udang. Semua diraih dengan pengorbanan dan tekad yang konsisten.
Masalah nampaknya bukan berupa hal teknis saja, Bapak Aryo menceritakan salah satu kolamnya pernah dilempari sesajen oleh orang tidak dikenal dengan tujuan hasil panennya gagal. Dahulu ketika tambak di Cilacap dan Bantul juga sering dijarah. Masalah seperti ini nampaknya juga tidak menghentikan untuk terus beroperasi.
Bapak Aryo yang juga merupakan Founder Jala Tech berpesan "Jala kedepan bukan melulu tentang alat monitor kualitas air, tetapi memberikan informasi yang tidak diketahui sebelumnya dan membantu mengambil keputusan yang tepat melalui analisis data yang dihimpun ke dalam sistem JALA."
Pelajaran baik yang diperoleh dari Sharing Session bersama PT Indmira adalah tidak boleh kapok, tidak cepat puas, dan tekad yang konsisten. Pelajaran baik ini mungkin dapat diterapkan bagi semua sobat Kabar Udang dimanapun berada.