Kualitas air seolah menjadi primadona dalam sebuah tambak udang. Bagaimana tidak, hampir setiap upaya yang dilakukan dalam budidaya adalah untuk menjaga kualitas air. Hal ini tidak berlebihan, karena kualitas air yang baik membuat udang nyaman untuk hidup, makan, dan tumbuh sehat.
Beberapa hal mengancam mempengaruhi kualitas air tambak udang, diantaranya blooming plankton, pH sumber air yang tinggi, turunnya konsentrasi DO, serta menumpuknya bahan organik di dasar kolam. Kondisi ini apabila dibiarkan akan berdampak pada kesehatan udang yang ada di kolam. Kondisi tersebut juga memberi kesempatan patogen berkembang dan menyerang udang terutama udang yang sedang moulting.
Kualitas air bisa dihubungkan dengan carrying capacity yang menggambarkan kemampuan sebuah ekosistem menahan beban dinamika di dalamnya. Kapasitas tampung atau carrying capacity apabila berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Carrying capacity yang berlebih berdampak pada menumpuknya materi organik dan menyebabkan udang tidak tumbuh maksimal. Pada jumlah tebaran yang padat (di atas 100 ekor/m2) diperlukan alat penunjang lainnya seperti kincir air sebagai salah satu alat bantu untuk menjaga carrying capacity.
Pemberian pakan pada tambak udang dapat memicu penumpukan materi organik dan pertumbuhan plankton seperti green algae, sehingga air cenderung berwarna hijau. Pada tambak dengan DOC 40 hari, dominasi plankton dapat berubah-ubah dan berpengaruh pada warna air berupa coklat atau hijau. Siklus hidup plankton berkisar 3-7 hari sehingga perubahan warna juga bisa tergantung dengan siklus hidup dari plankton. Warna air yang semakin pekat, misalnya air yang berwarna hijau menjadi hijau pekat sebaiknya dilakukan siphon.
Pemberian probiotik pada tambak harus diperhatikan terlebih dahulu komposisi produk tersebut, karena tidak semua produk cocok untuk semua tambak. Penambahan bakteri untuk menguraikan nitrit bisa menggunakan probiotik yang mengandung bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Untuk menekan populasi bakteri vibrio bisa ditambahkan dengan probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus dan Bacillus. Sementara untuk meminimalisir blue green algae dapat dilakukan dengan sirkulasi air pada malam hari, atau menggunakan kaptan pada pagi hari agar lapisan di atas air mudah ditembus sinar matahari dan menekan BGA.
Salah satu cara pengelolaan air agar tetap terjaga yaitu dengan disediakannya tandon. Persiapan budidaya udang dengan mengunakan air tandon dapat mengantisipasi terjadinya penyakit, sehingga hal tersebut bisa dijadikan langkah untuk memperbaiki lingkungan. Peranan tandon cukup penting untuk suplai air dan sterilisasi air. Pentingnya tandon mempertimbangkan kondisi lingkungan dengan kualitas sumber air yang semakin menurun, sebaiknya limbah tidak langsung dibuang ke laut, tetapi lebih baik diendapkan terlebih dahulu sehingga tidak mencemari lingkungan, disisi lain lingkungan juga membutuhkan waktu yang lama untuk perbaikan.
Kondisi kualitas air secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada udang. Pengecekan anco dilakukan untuk mengetahui kondisi udang. Umumnya, cek anco dilakukan untuk mengecek pakan dan nafsu makan udang. Nafsu makan udang dipengaruhi oleh kesehatan udang dan saat moulting. Udang moulting saat bulan baru dan purnama, ketika udang nafsu makan turun bisa terjadi 3 hari sebelum dan sesudah moulting. Pakan bisa dikurangi 10-50%, atau pemberian pakan sesuai dengan nafsu makan udang.
Pada pengecekan anco disarankan juga melakukan pengecekan terhadap usus udang. Usus udang berwarna coklat menandakan ada pakan yang dikonsumsi, jika berwarna merah berarti kanibal, dan berwarna hitam berarti udang memakan lumpur, namun jika usus putih menjadi indikasi terjadinya WFD.
Rangkaian kegiatan cek kualitas air secara rutin, pengecekan kualitas air berbasis lab, dan pengecekan penyakit udang merupakan kegiatan rutin tambak udang. Seperti halnya yang dilakukan oleh petambak udang peserta program Tambak Pintar Jala. Selain kegiatan tersebut juga dilaksanakan pertemuan rutin kelompok yang agendanya dinamakan Guyub dan Sinau. Keduanya dilakukan sebulan sekali. Kegiatan Guyub dan Sinau diharapkan mampu mempererat tali silaturahmi baik antara petambak dan dengan tim Jala.
Adanya kegiatan Guyub di program Tambak Pintar ini diharapkan dapat membantu petambak untuk menyelesaikan masalah terkait budidaya udang. Salah satu masalah yang dialami beberapa anggota kelompok Mina Bangkit Bersama yaitu munculnya beberapa jenis penyakit.
Jenis penyakit yang sering muncul diawal tahun ini salah satunya EHP (Enterocytozon Hepatopenaei) dengan ciri-ciri ukuran udang yang tidak seragam dalam satu kolam yang sama, melambatnya pertumbuhan udang, imunitas pada udang rendah, nafsu makan udang menurun dan menurunnya keaktifan udang. Penyakit lainnya yang sering muncul yaitu IMNV/Myo (Infectious Myonecrosis Virus) dengan ciri-ciri udang terlihat pucat dan muncul warna merah pada bagian ruas bawah sampai ekor udang.
Program Tambak Pintar merupakan program dari Jala yang melibatkan petambak udang dengan tujuan manajemen tambak udang yang lebih professional. Jala melibatkan solusi teknologi di dalamnya, yaitu monitoring kualitas air dengan alat ukur yang berbasis IoT dan pencatatan data budidaya menggunakan sistem digital. Saat ini berlangsung Tambak Pintar di dua lokasi di Banyuwangi.
Yang terbaru, pada Januari 2021 lalu dimulai program Tambak Pintar di kecamatan Sobo. Program Tambak Pintar disertai adanya pendampingan dari tim dalam memahami kualitas air dan kondisi budidaya berdasarkan data. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan mulai dari cek kualitas air secara rutin, pengecekan kualitas air berbasis lab, dan pengecekan penyakit udang. Selain kegiatan tersebut juga dilaksanakan pertemuan rutin dengan agenda yang dinamakan Guyub dan Sinau yang masing-masing dilakukan sebulan sekali. Kegiatan tersebut diharapkan mampu mempererat tali silaturahmi baik antara petambak dan tim Jala.
Sebelumnya, telah berlangsung 3 siklus budidaya program Tambak Pintar bersama kelompok Mina Bangkit Bersama, di wilayah Karangrejo, Banyuwangi. Program bersama kelompok Mina Bangkit Bersama sudah berjalan sejak 2019. Kelompok Mina Bangkit Bersama juga mengikuti berbagai kegiatan program Tambak Pintar seperti pentingnya pengukuran kualitas air dengan menggunakan alat ukur kualitas air yang berbasis IoT dan pentingnya pencatatan secara digital dalam budidaya udang.