7 Perlakuan Penting dalam Manajemen Budidaya Udang

Jala | Lia Sutiani

16 September 2022

Aplikasi perlakuan dalam budidaya udang merupakan penggunaan bahan-bahan atau obat-obatan sehingga kondisi tambak lebih ideal bagi udang. Penerapan perlakuan sangat penting untuk mencegah kegagalan budidaya akibat penyakit. Berikut 7 jenis perlakuan yang dapat dilakukan.

Kaporit

Kaporit dapat menekan jumlah bakteri dan virus yang dapat menyebabkan penyakit pada udang. Selain itu, pemberian kaporit yang dapat mengikat Fe juga membantu udang agar tidak mudah stres pada awal budidaya.

Penebaran kaporit sebaiknya dilakukan setelah semua kolam diisi air dan dilakukan secara serempak dalam satu waktu. Tujuannya agar proses sterilisasi air pada setiap kolam berjalan optimal. Apabila tidak dilakukan serempak, organisme merugikan dari kolam yang belum diberi kaporit dapat menyebar ke kolam yang sudah ditebar kaporit. Dosis kaporit yang disarankan adalah sekitar 20-60 ppm. 

Kapur (CaCO3 dan Ca(OH)2)

Terdapat dua jenis kapur yang dapat digunakan dalam budidaya udang, CaCO3 (kapur pertanian) dan Ca(OH)2 (kapur hidrat). Kedua jenis kapur ini berguna untuk menaikkan pH perairan dan mempercepat proses molting (pergantian cangkang) pada udang.

Kapur biasanya ditebar pada malam hari karena merupakan waktu optimal untuk molting. Selain kedua jenis kapur tersebut, ada beberapa jenis kapur lainnya yang biasa digunakan petambak udang, di antaranya kapur dolomit dan kapur tohor

Probiotik

Probiotik adalah bakteri yang menguntungkan bagi perairan seperti bakteri Bacillus, Pseudomonas, dan Thiobacillus. Pemberian probiotik bermanfaat untuk mempertahankan kualitas air tambak dan menekan pertumbuhan mikroorganisme merugikan seperti bakteri Vibrio, serta mengendalikan kadar amonia di perairan. Penggunaan probiotik dinilai lebih aman dibandingkan antibiotik yang berpeluang menyebabkan udang menjadi resisten. 

Ada dua cara pengaplikasian probiotik, yakni metode oral dan lingkungan. Pada metode oral, probiotik dicampurkan ke dalam pakan. Dengan demikian, sistem pencernaan udang akan bekerja maksimal dan memperkuat imunitasnya. Untuk metode lingkungan, probiotik ditebar ke kolam.

Molase

Molase merupakan sisa hasil pengolahan gula tebu yang masih mengandung kadar gula sekitar 48-56%. Molase bermanfaat sebagai media pemeliharaan bakteri pada saat pembuatan probiotik dan sumber karbon dalam perairan. 

Fermentasi

Fermentasi adalah metode pemupukan organik untuk mendorong pertumbuhan pakan alami (plankton) di tambak. Bahan yang umum digunakan dalam fermentasi adalah dedak dan bungkil kacang kedelai (BKK). 

Proses fermentasi membutuhkan waktu sekitar dua hari, baru kemudian dapat ditebar ke kolam. Hasil fermentasi dapat diindikasikan dengan warna air kolam yang berubah menjadi hijau cerah atau pekat secara bertahap. 

Pupuk anorganik

Selain fermentasi, peningkatan pertumbuhan pakan alami di perairan dapat menggunakan pupuk anorganik. Salah satu pupuk anorganik yang dapat digunakan adalah pupuk ZA. Berbeda dengan fermentasi, pemupukan dapat diaplikasikan dengan langsung menebarkan ke kolam dan sifatnya pun mudah larut sehingga dapat dimanfaatkan organisme berklorofil secara langsung. 

Saponin

Saponin terbuat dari biji teh dan berfungsi membunuh hama pada tambak, misalnya ikan-ikan kecil yang berpeluang sebagai predator. Penggunaan saponin disarankan dilakukan sekitar pukul 09.00-12.00 agar kinerjanya efektif dan efisien, dengan cara direndam dalam air selama dua jam. Dosis yang digunakan menyesuaikan salinitas air tambak, yaitu sekitar 20 ppm apabila salinitas air < 15 ppt dan 15 ppm jika salinitas ≥ 15 ppt. 

Semoga informasi di atas membantu petambak udang menemukan perlakuan yang tepat untuk diaplikasikan guna menunjang budidaya udang mereka!

Referensi

Ghufron M, Lamid M, Sari PDW, Suprapto. 2017. Teknik pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak pendampingan PT Central Proteina Prima Tbk di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Journal of Aquaculture and Fish Health. 7(2): 70-77. 

Husaeni H, Sudarmayasa IKA. 2018. Pemberian probiotik pada budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) semi intensif di tambak. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur. 16(1): 57-60. 

Kurniawan S. 2016. Aplikasi probiotik (Bacillus sp.) pada budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di tambak udang intensif Sidojoyo Group, Banyuwangi, Jawa Timur. Surabaya(ID): Universitas Airlangga. 

Suriawan A, Efendi S, Asmoro S, Wiyana J. 2019. Sistem budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada tambak HDPE dengan sumber air bawah tanah salinitas tinggi di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau dan Laut. 14: 6-14. 

Suryono, Wibowo E, Azizah R, Ario R, Handoyo G. 2017. Pengaruh penggunaan kaporit sebagai desinfektan terhadap daya aroma pakan pada budidaya udang windu (Penaeus monodon Fabricius). Jurnal Kelautan Tropis. 20(2): 140-144. 

Suwoyo HS. 2016. Prinsip budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak dengan teknologi ekstensif plus. Balai Penelitian dan Pengembangan Air Payau. 

Widanarni, Saputra WH, Wahyuningrum D. 2011. Pengaruh penambahan molase terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva udang windu Penaeus monodon Fab. Yang diberi bakteri probiotik Vibrio SKT-b. Jurnal Akuakultur Indonesia. 10(2): 106-115.  

Yunus R, Haris A, Hamsah. 2020. Pengaruh penambahan kapur dolomit dan kapur tohor dalam media pemeliharaan terhadap moulting, pertumbuhan, dan sintasan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmu Perikanan. 9(1): 39-47.