5 Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Sebelum Tebar Benur

Jala | Lia Sutiani

8 September 2022

Menerapkan tindakan krusial sebelum tebar benur

Tebar benur adalah tahapan krusial dalam budidaya udang setelah persiapan tambak dan air. Kondisi benur menentukan keberhasilan panen yang diperoleh. Berikut adalah lima (5) hal penting yang harus diperhatikan sebelum penebaran benur dilakukan:

Memastikan kolam sudah siap

Untuk memastikan kolam sudah siap untuk ditebar benur, tahap Day of Preparation (DOP) harus memenuhi standar. Standar yang dimaksud dapat dilihat dari parameter kualitas air kolam seperti pH, DO, suhu, dan salinitas harus sesuai atau mendekati kondisi yang ideal untuk pertumbuhan benur. 

Pengecekan dokumen benur

Pada saat benur sudah datang ke lokasi tambak, sebaiknya dilakukan pengecekan kelengkapan dokumen atau surat-surat terkait benur tersebut. Surat spesifikasi Specific Pathogen Free (SPF) atau Specific Pathogen Resistant (SPR) wajib dilampirkan. 

SPF merupakan tanda yang menunjukkan bahwa benur sudah bebas dari patogen, seperti virus penyebab WSSV, TSV, dan IHHNV. SPR menunjukkan karakter genetik benur yang resisten terhadap patogen tersebut. Adanya kedua dokumen ini membuktikan bahwa sudah dilakukan pengecekan dengan biosecurity yang ketat oleh pihak hatchery sebelum benur dikirimkan. 

Sampling benur

Benur adalah salah satu penentu suksesnya budidaya udang kelak. Maka, sebelum ditebar, sampling perlu dilakukan untuk memastikan kembali kondisi benur yang datang. Sampling dilakukan dengan minimal 10% dari total benur yang dipesan. Dengan begitu, kita bisa mendapat gambaran tentang kualitas benur tanpa harus menebar semua benur, sehingga lebih efisien.

Pengecekan kualitas air dan kondisi fisik benur

Parameter kualitas air yang dicek terdiri dari pH, suhu, Dissolved Oxygen (DO), dan salinitas. Tujuannya untuk mengetahui perbedaan kondisi kualitas air benur setelah tiba di lokasi dengan kondisinya saat masih di hatchery. Jika terjadi perbedaan kualitas air tambak dengan air pada kantong benur maka diperlukan aklimatisasi lebih lama. Jika relatif sama, akan mempercepat aklimatisasi sehingga meningkatkan survival rate atau meminimalisir mati benur.

Kondisi fisik benur yang dicek adalah uji nekrosis dan bolitas benur, dan harus dilakukan di laboratorium. Uji nekrosis bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kematian sel atau nekrosis yang terjadi dalam organ benur. Nekrosis ditandai adanya penumpukan sel epitel pada tubulus yang membuat warna sel menjadi lebih gelap hingga berwarna kemerahan. Uji bolitas ditandai dengan jaringan hepatopankreas benur yang berubah membentuk bola-bola. Ditemukannya bolitas menunjukkan adanya kelainan organ tubuh pada benur, yang dapat  terjadi karena benur mengalami stres dalam perjalanan. 

Perhitungan jumlah aktual benur

Perhitungan jumlah aktual benur penting dilakukan karena berkaitan dengan padat tebar masing-masing kolam. Apabila jumlah benur yang ditebar melebihi ketentuan padat tebar yang sudah ditetapkan, tentu akan berdampak pada carrying capacity kolam kedepannya.

Perhitungan cukup dilakukan pada kantong yang terpilih saat sampling. Alat yang digunakan adalah ember besar, ember kecil, hand tally counter (alat hitung manual), dan centong. Caranya, tuang semua benur ke dalam ember besar, ambil benur menggunakan centong dan hitung jumlah yang mati dan hidup. Setelah itu, pindahkan benur yang sudah dihitung ke dalam ember kecil. Biasanya, perhitungan dilakukan oleh 2-3 orang agar lebih mudah dan cepat.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, dapat meminimalisir adanya kendala pada masa awal budidaya. Semoga informasi ini memberikan wawasan tambahan bagi para pembudidaya udang agar optimal dalam menjalankan sistem operasi budidaya sehingga mencapai target panen!

Referensi

Dharmawan MRMB, Julyantoro PGS, Hermawati A, Sari W. 2020. Profil histologi hepatopankreas udang vaname (Litopenaeus vannamei) dikultur dengan padat tebar berbeda. Current Trends in Aquatic Science. 3(1): 81-87. 

Hamzah, Jumriadi, Asa’at M, Fauzia. 2020. Kasus nekrosis kaki renang udang pada tambak tradisional yang mengaplikasikan probiotik. Journal of Aquatropica Asia. 5(1): 9-15.